Minggu, 24 November 2013

RASIO KEUANGAN

Menghitung Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas dari 

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 


1.         Rasio Likuiditas
    Adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995).
       Rasio  likuiditas  terdiri dari :

A.      Current Ratio
      Current  Ratio adalah perbandingan  antara  aktiva lancar  dan utang  lancar (Miswanto dan Eko Widodo, 1998).
Rumus  :
Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar) X 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
Current ratio tahun 2010   =  ( Rp.14.873.999 / Rp. 12.460.512) x 100%
                                          =   1,193 %
Current ratio tahun 2009   =  ( Rp. 14.040.719 / Rp. 13.648.759) x 100%
                                          =   1,028 %
         Current  ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  membayar  utangnya  yang harus  segera  dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang dimilikinya.

B.      Cash Ratio  (Ratio Immediate Solvency)
    Aktiva  perusahaan  yang paling  likuid  adalah  kas  dan  surat   berharga. Cash  ratio  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk membayar  utang  jangka  pendek  dengan  kas  dan surat  berharga  yang dapat   segera  diuangkan. Tidak terdapat  standar  likuiditas  untuk  cash  ratio sehingga  penilaiannya  tergantung  pada  kebijakan   manajemen.
Rumus  :
Cash Ratio = (Aktiva Lancar / Pinjaman Jangka Pendek) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
Cash ratio tahun 2010   =  (Rp. 14.873.999 / Rp. 4.643.808) x 100%
                                       =   3,202 %
Cash ratio tahun 2009   =  (Rp.14.040.719 / Rp.6.021.903) x 100%
                                              =   2,331 %
C.    Quick Ratio (Acid Test Ratio)
   Quick ratio  merupakan rasio  antara   aktiva  lancar  sesudah dikurangi  persediaan  dengan  hutang lancar. Rasio ini  menunjukkan  besarnya  alat  likuid   yang paling cepat   bisa  digunakan  untuk melunasi     hutang lancar.  Persediaan  dianggap aktiva   lancar  yang paling   tidak lancar, sebab  untuk menjadi    uang tunai  (kas)  memerlukan  dua  langkah  yakni   menjadi piutang  terlebih dulu  sebelum menjadi kas.
Rumus :
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar)) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
Quick Ratio tahun 2010   =  ((Rp. 14.873.999 – Rp.5.035.658) / 12.460.512)) x 100%
                                          =   0,789 %
Quick Ration tahun 2009 =  ((Rp.14.040.719-Rp.6.137.113) / 13.648.759)) x 100%
                                                 =   0,57 %

2.    Ratio Solvabilitas
   Solvabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi  segala kewajiban   finansialnya  apabila  sekiranya   perusahaan  tersebut  pada saat itu  dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995).
  Suatu  perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
a.     Perusahaan yang likuid  tetapi insolvable
b.     Perusahaan  yang likuid  dan solvable
c.     Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
d.    Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid
Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :

A.          Total Debt to Equity Ratio
 
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
Total Debt to Equity ratio 2010   =  (Rp.25.786.846 / Rp.10.743.420) x 100%
                                                      =   2,4%
Total Debt to Equity Ratio 2009  =  (Rp.26.640.979 / Rp. 8.814.386) x 100%
                                                      =   3,02%

B.          Total Debt  to Asset  Ratio
 
Rumus :
Total Debt  to Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
Total Debt  to Asset  Ratio 2010  =  (Rp.25.786.846 / Rp.42.072.894) x 100%
                                                      =   0,612%
Total Debt  to Asset  Ratio 2009  =  (Rp.26.640.979 / Rp.40.324.780) x 100%
                                                      =   0,660%

        Makin kecil  prosentase ratio  ini berarti  makin    cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat   solvabilitas  dapat  dipertinggi  hanya dengan  jalan penambahan  modal sendiri dengan alternatif  sebagai berikut :
  •         Menambah  aktiva tanpa  menambah  utang atau   menambah  aktiva relatif  lebih besar  daripada  bertambahannya  hutang.
  •        Mengurangi  hutang  tanpa   mengurangi  aktiva  atau mengurangi  hutang  relatif  besar  daripada  berkurangnya  aktiva.
  •  
     
3.      Rasio  Rentabilitas
         Rentabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan   perbandingan antara  laba  dengan aktiva atau modal  yang menghasilkan  laba tersebut. Dengan kata  lain rentabilitas  adalah  kemampuan  suatu perusahaan  untuk menghasilkan laba  selama  periode  tertentu (Bambang Riyanto, 1997).
        Adapun  cara penilaian  Rentabilitas  adalah :

A.      Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
 
Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
GPM tahun 2010   =  (Rp. 5.882.213 / Rp. 18.122.582) x 100 %
                              =   0,324 %
GPM tahun 2009   =  (Rp.4.721.119 / Rp. 18.077.450) x 100%
                               =   0,261% 


B.      Net Profit Margin (Margin laba kotor)
 
Rumus :
NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%

Hasil dari data laporan keuangan :
NPM tahun 2010   =  (Rp. 1.795.697 / Rp.18.122.582) x 100%
                               =   0,099%
NPM tahun 2009   =  (Rp. 1.203.519 / Rp. 18.077.450) x 100%
                                            =   0,066%
C.       Earning Power of Total Investment
 
Rumus :
EPTI = (Laba sebelum pajak / total aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
EPTI tahun 2010   =  (Rp. 2.511.764 / Rp.42.672.894) x 100%
                              =   0,058%
EPTI tahun 2009   =  (Rp.1.789.737 / Rp.40.324.780) x 100%
                                           =   0,044%


D.      Return On Equity (Pengembalian Atas Equitas)
 
Rumus :
ROE = (Laba setelah pajak / ekuitas pemegang saham) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
ROE tahun 2010   =  (Rp. 1.795.697 / Rp. 10.743.420) x 100%
                              =   0,167%
             ROE tahun 2009   =   (Rp.1.203.519 / Rp, 8.814.386) x 100%

Senin, 11 November 2013

Jajanan Tempo Doloe "Tulian Pengantar Binis 2"



“JAJANAN TEMPO DOELOE”
                         
           
Permen telor cecak, permen rokok, permen payung, anak mas, gulali, sampai rambut nenek siapa yang tak kenal makanan ini? Jajanan jadul ini sempat menjadi brand image makanan anak-anak. Murah dan enak sudah pasti. Akan tetapi sungguh sayang, seiring perkembangan era jaman, jajanan ini semakin luntur dimakan usia. Bahkan semakin susah ditemukan.

            Sekitar lima sampai sepuluh penjual berjejer menjajakan makanannya sembari menunggu anak-anak sekolah pulang. Ada yang dipikul, ada yang menggunakan sepeda, ada juga yang sudah modern menggunakan motor bututnya. Teriakan atau bunyi klakson beriringan yang dibunyikan oleh penjual tersebut bukannya tanpa tujuan, yaitu untuk menarik perhatian para anak-anak yang hendak pulang ke rumah. Sekiranya anak-anak berhenti terlebih dahulu untuk membelijajananmereka.

            Bel berbunyi, anak-anak sekolah pun langsung berkerumun diantara para penjual jajanan makanan tersebut. Ada yang pulang membawa gulali, ada yang membawa permen rokok, ada yang membawa telor cecak, ada juga yang sambil ngemut permen payung cokelat yang sungguh nikmat. Pemandangan yang menyenangkan anak-anak sekolah pulang dengan membawa jajanannya masing-masing, apalagi melihat ekspresi mereka sembari tertawa senangnya.

            Hampir kebanyakan anak merasa mampu untuk membeli jajanan tersebut dikarenakan harga yang terjangkau oleh mereka. Uang jajan yang telah diberikan oleh orang tua tidak terlalu membebani mereka, atau langsung menghabiskannya. Maklum saja harganya untuk jajanan tersebut berkisar antara Rp 25,- – Rp 150,-. Cukup murah bukan?

            Dengan uang yang diberikan oleh orang tua Rp 200 rupiah saja mereka masih bisa menghemat uang sakunya. Bisa dijajakan kembali pada esok harinya untuk membeli jajanan yang lain. Misalkan saja, hari ini beli gulali, esok harinya ketika pulang sekolah bisa membeli rambut-nenek.

Mengenal Jajanan Tempo Doeloe
            Sebagian orang tentu sudah tidak asing lagi dengan nama-nama jajanan seperti telor cecak, permen rokok, permen payung, anak mas, gulali, dan rambut nenek. Eits tetapi jangan salah juga, bagi kalangan modern yang belum merasakan jajanan tersebut tentu masih asing juga di telinga mereka. Bisa jadi mereka tidak tahu bahwa yang disebutkan adalah makanan.
Nah, ada informasi sedikit untuk membantu memahami tentang jajanan tempo doeloe yang disebutkan di atas. Berikut ini adalah penjelasnnya.                             

                                                                                                                        
1.      Permen telor Cecak
            Bentuknya memang mirip telur cicak kecil-kecil. Makanya, sah-sah saja jika di kalangan anak sekolah, permen ini dijuluki “permen telur cicak”. Akan tetapi, yang membuatnya istimewa adalah kacang yang dibalut oleh cokelat warna-warni, bukannya kacang tanah, melainkan kacang kedelai.
 


2.      Permen rokok              
        Bentuknya memang sepintas mirip rokok. Namun jangan salah sangka, ini bukanlah rokok yangdihisap ole h orang dewasa, melainkan ini adalah sebuah permen. Permen yang terasa renyah dan manis.Cara memakannya cukup mudah. Permen ini hanya perlu diletakkan di antara dua belah tangan yang kemudian digosok-gosok. Kertas pembungkusnya disobek sedikit, dan dari salah satu ujungnya bisa langsung dirasakan. Saat dikunyah, permennya terasa renyah dan manis dengan sedikit campuran peppermint.                                                                                                                                  
    

3.      Permen payung
            Permen Payung adalah permen yang berbentuk payung dilapisi cokelat dengan rasa kacang yang gurih dan tentunya sangat digemari anak-anak. Permen ini begitu menarik dengan lapisan kertas yang membungkusnya dan juga bentuknya yang kecil dan mungil. Soal harga tentunya begitu murah dan tidak membuat kantong anak-anak menjadi bolong, begitu pas.
  Sekarang sudah mulai banyak perusahaan permen yang memunculkan permen payung tersebut. Jadi, tidak perlu khawatir bagi siapa saja yang hendak mencobanya.


4.      Anak mas
            Jajanan ini sekarang muncul varian baru yang sudah diremas dan berbumbu untuk menjadi bisa langsung makan. Akan tetapi, sensasi makanannya kurang enak. Di versi original, anak mas berbentuk makanan mi kering dengan bumbunya terpisah. Jadi harus dibumbuin sendiri terlebih dahulu. Setelah itu baru disantap.

     Pada versi original ini, ada dua cara makannya. Pertama, diremas sampai hancur lalu baru beri bumbu. Sedangkan kedua, dimakan utuh dan ditaburi bumbu di atas mie dan gigit sedikit demi sedikit. Kedua cara tersebut sama-sama memberikan sensasi cara makan yang enak. Anak-anak begitu menyukai makanan anak mas tersebut.

                            
                                                  

5.      Rambut nenek Lampir           
            Bentuknya memang menyerupai rambut nenek, oleh karenanya sah-sah saja jajanan ini diberi nama rambut nenek. Rasanya begitu manis dan akan lumer dimulut ketika dikunyah di dalam mulut. Rasanya manis dan bentuknya unik, sehingga jajanan ini pun tidak hanya disukai oleh anak-anak saja, orang dewasa juga suka menyantapnya.
             
           Jajanan ini punya beberapa nama lain, seperti kembang gula atau harum manis. Cara untuk memakannya pun ada tiga cara yang unik. Pertama, kamu bisa makan dengan cara sandwich: rambut nenek dengan setangkup kerupuk pinknya. Biasanya kalau beli rambut nenek ini dapat setangkup seperti kerupuk. Keuntungan cara makan ini adalah praktis, karena rasanya kayak makan roti. Kedua, bisa juga dengan makan kerupuknya dulu baru rambut nenek secara terpisah. Ini menggunakan falsafah “Save the best for the last”. Jadi abisin dulu bagian yang kurang asik (kerupuk pinknya) lalu baru santap bagian paling enaknya (si rambut nenek). Ketiga, taruh rambut nenek di atas piring dan makan dengan garpu, jadikan kerupuknya sebagai pendamping makanan. Tambahkan sambal jika suka. Mantap


            Kita patut berbangga kembali jika jajanan atau camilan tempo doeloe tersebut muncul kembali di pasaran. Betapa tidak, nostalgia yang dapat dirasakan pada jaman dahulu mampu tercipta kembali, begitu senang rasanya. Merasakan jaman di saat sewaktu kecil, sedang membawa jajanan tersebut sambil bermain atau melakukan kegiatan lainnya yang begitu menyenangkan. Hanya saja mungkin keasliannya sudah berbeda dengan jaman dahulu, entah dari segi kualitas rasa, bentuknya, dan juga harganya.

            Jajanan ini muncul dengan tampilan di berbagai restoran yang menyajikan suasana tempo doeloe, dan acara yang diselenggarakan oleh Kampoeng Tempo Doeloe oleh Summarecon Kelapa Gading. Cara-cara tersebut dirasa cukup membantu di kala ingin merasakan kembali jajanan pada jaman dahulu. So jangan sampai melupakan jajanan enak dan manis tempo doeloe.

Kamis, 07 November 2013

Tradisi Tahun Baru Islam "Tulisan Pengantar Bisnis 1"

TRADISI TAHUN BARU ISLAM

 
Kedatangan tahun baru biasanya ditandai dengan berbagai kemeriahan, seperti pesta kembang api, keramaian tiupan terompet, maupun berbagai arak-arakan di malam pergantian tahun.
Lain halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap malam 1 Suro (1 Muharram) yang tidak disambut dengan kemeriahan, namun dengan berbagai ritual sebagai bentuk introspeksi diri.
Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).
Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakaral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat.
Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi).
Saat itu masyarakat Jawa masih mengikuti sistem penanggalan Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah.
Sebagai upaya memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun baru Jawa.
Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa.
Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking Lampah.
Kebo Bule merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.
Sementara itu di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.
Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga diadakan oleh kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.
Karenanya dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.
Pesta pernikahan yang biasanya berlangsung dengan penuh gemerlap dianggap tidak selaras dengan lelaku yang harus dijalani selama bulan Suro.
Terlepas dari mitos yang beredar dalam masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan Suro, namun harus diakui bersama bahwa introspeksi menjelang pergantian tahun memang diperlukan agar lebih mawas diri.
Dan bukankah introspeksi tak cukup dilakukan semalam saat pergantian tahun saja? Makin panjang waktu yang digunakan untuk introspeksi, niscaya makin bijak kita menyikapi hidup ini. Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat Jawa sepanjang bulan Suro.
Sumber: http://forumbebas.com -